
Ketua Umum DPP FORSA
Jakarta, Voice of Dangdut – Raja Dangdut Rhoma Irama akan tampil di Musik Amal Peduli Covid19. Sabtu 25 April 2020 Live Kompas TV mulai pukul 20.00 Wib.
Saya menilai ini sebuah pergelaran yang sesungguhnya merupakan “rumah” atau “pesantren” bagi Rhoma Irama. Saya sebut “Rumah” karena sesungguhnya Rhoma bermusik itu untuk berdakwah. Bukan sekedar menyanyi dibayar atau mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran secara lisan.
Perbedaan dengan penyanyi lain, karena Rhoma selalu konsekuen dengan apa yg dia nyanyikan. Era tahun 80-90an banyak penyanyi membawakan lagu bertema religi. Tetapi belum tentu penyanyi dan musisinya menjalankan. Artinya mereka sebatas bisa menyanyi dengan penjiwaan di panggung, tapi belum tentu mau konsekuen dengan lirik yg dia nyanyikan.
Saya baru kali ini menemukan penyanyi dan artis yang konsekuen itu. Dialah Rhoma Irama, Kyainya Forsa (Fans Of Rhoma and Soneta).
Contoh, dalam lagu Mirasantika Rhoma mengajak berhenti minuman keras dan narkoba. Maka Rhoma tidak miras dan anti narkotika. Walau dia tercoreng karena Ridho sempat masuk rehab.
Tak hanya Rhoma, semua anggota Soneta 19 dan 4 krunya, wajib ikut melaksanakan konsekuensi itu. Ada anggotanya terbukti narkoba langsung dipecatnya.
Begitu juga dalam “pesantren” Soneta Record. Jamnya shalat, semua kru wajib ikut jamaah. Seolah diabsen, siapa tak terlihat salat ditanya Rhoma.
Apalagi dalam perjalanan konser, Panitia selalu diminta menyiapkan ruang hotel buat shalat jamaah khususnya shalat subuh. Sampai-sampai ada pegawai yg tugasnya membangunkan kamar-kamar personil Soneta. Setelah semua kumpul di mushola baru dimulai sjalat jamaah.
Apa alasan Rhoma menerapkan disiplin seperti rombongan anak2 SMA itu?
“Sebenarnya alasan saya sederhana saja. Kalau bisa shalat jamaah. Maka gak ada satupun anggota Soneta yg meninggalkan shalat”, kata Rhoma. Selain itu usai shalat bisa menyampaikan info tentang rencana teknis konser.
Kalau Rhoma diundang konser amal. Kita ingat konser amal tsunami Aceh, Rhoma antarkan sendiri bantuan tsunami Aceh Maret 2005 sebesar Rp 250 juta kepada korban. Rhoma menjenguk dan hadir menyapa korban di barak-barak pengungsi.
Rhoma banyak menulis lirik-lirik sodaqoh ini. Dalam lagu *Sedekah* ditulis: Kebiasaan bersedekah sifat yg mulia.
Bagi yg berharta dengan harta. Atau dengan bahasa. Senyum juga sedekah.
(Bagian Ref juga menarik).
Tak ‘kan susah karena sedekah
Bahkan hartanya ‘kan bertambah-tambah
Serta manfaat yang penuh berkah
Dan dijauhkan dari bencana.
(Lirik-lirik diatas sesuai hadits Nabi yang shoheh).
Dalam konteks konser amal ini, Rhoma sangat antusias, karena merupakan kesempatan berharga untuk mengajak bersedekah. Dengan kata lain, konser ini merupakan pesantrennya Rhoma.
Saya pribadi sering menyebut sebagai santrinya Rhoma, karena Rhoma ini adalah kyai dengan pesantren terbuka. Mereka yg selalu patuh dan taat pada lirik lagunya adalah santri-santri itu.
Konser ini juga kuat maknanya. Bukan hanya karena masuk Ramadhan saja. Tapi sebagian besar aktivitas harus berhenti demi memutus rantai penularan virus mematikan. Jutaan orang menjalankan Ibadah dari rumah dan bahkan mengalami kesulitan ekonomi.
Pemerintah mulai menghentikan transportasi pesawat, kereta dan bus. Semua kantor hotel restoran cafe ditutup. Suasana mencekam, ratusan nyawa melayang, kriminalitas meningkat, ribuan orang kelaparan krn tiba2 datang pengangguran baru.
Walaupun kita tidak dapat turun langsung, mari kita buat para pedagang kecil, korban PHK, pekerja kasar dan kelompok rentan lainnya tetap semangat beribadah dari rumah dan bisa menikmati makanan yang layak untuk sahur dan berbuka,
Maka tepat bila Kompas TV bersama Rhoma menggelar Musik Amal Dari Rumah ini. Infonya Rhoma telah menyiapkan 15 lagu utk konser ini, termasuk lagu baru Virus Corona yg telah tembus 5 juta penonton Youtube.
Semoga mampu menggugah kalangan berpunya membantu korban Corona. Amin. (aka/unoe)