Wawancara Eksklusif Milad Motto Soneta “The Voice of Moslem” (1)
Surabaya, Voice of Dangdut – tanggal 13 Oktober, Rhoma Irama dan Soneta Group memperingati hari istimewa. Bukan ulangtahun Soneta atau Rhoma Irama tapi Milad semboyan The Voice of Moslem, 13 Oktober 1973 Rhoma dan anggota Soneta mendeklarasikan motto yang luar biasa berani. Soneta = Suara Islam. Kata Rhoma: Mulai hari ini kita berhenti maksiat, semua tingkah laku kita dalam bermusik dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.” kata Rhoma.

Mengapa ada semboyan itu? Apa efek langsung terhadap karya Rhoma Irama? Berikut wawancara reporter VOD Surya Aka dengan H Muchit Chusnan pustakawan karya Rhoma dan Soneta dari Forsa Jawa Timur.
Aka: Mengapa 13 Oktober diperingati Hari The Voice of Moslem?
Muchit: Seperti yang sering disampaikan oleh Bang Haji Rhoma Irama pada tanggal 13 Oktober 1973 sebagai pimpinan mengajak personil Orkes Melayu Soneta untuk mendeklarasikan group musiknya sebagai pembawa suara Islam yakni : the sound of moslem (belakangan menjadi the voice of moslem), menjadikan lagu-lagu Soneta sebagai sarana dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Aka: Apa makna penting semboyan The Voice of Moslem
Muchit: Makna penting dari deklarasi Soneta Group sebagai pembawa suara Islam adalah:
Pertama, bagi pribadi personil Soneta telah mengubah jalan hidup menjadi lebih baik, lebih terarah sesuai dengan garis ajaran Islam sebab dengan menjadikan sebagai sarana dakwah maka semua yang terlibat didalamnya adalah sebagai juru dakwah (orang yang mengajak), itu artinya orang yang mengajak dituntut sikap konsekwen atas ajakan-ajakannya. Misal ketika Soneta menyeru jangan minum minuman keras, jangan berjudi, jauhi zina, jangan ber-ghibah, hormati orang tua dan seterusnya maka itu semua harus dimulai terlebih dahulu dari sang juru dakwah dalam hal ini seluruh perosnil Soneta.
Kedua, bagi musik dangdut, tentu ini menaikkan harkat martabatnya karena musik tidak lagi semata-mata hanya untuk hiburan atau pengiring goyang pinggul belaka akan tetapi ia telah menjadi seuatu yang bisa mengubah pola berfikir, cara pandang bahkan perilaku pendengarnya.
Aka: Apa beda karya Rhoma sebelum dan setelah The Voice of Moslem?
Muchit: Karya Rhoma Irama bersama Soneta, liriknya ada yang bersifat imajinasi adapula yang menceritakan kenyataan hidup, ada yang cenderung menghibur, adapula yang nasehat.
Setelah deklarasi 1973 memang tidak serta-merta berubah total ke nuansa dakwah. Kita masih menemui lirik-lirik yang bernuansa cinta-asmara, dan tema dakwah pun masih belum pure-dakwah, seperti pada lagu Kematian, Lidah, Lapar, Dendam dan sebagainya.
Menurut saya perubahan besar baru terjadi pada 1979-1980 melalui lagu Laailaahaillallah dan Lima. Rhoma Irama mengawali dengan membacakan secara utuh Alqur’an Surat Al-Ihlas dan Hadits Nabi SAW. Keberanian ini kemudian memunculkan banyak tanggapan, seperti mendendangkan ayat suci, mengkomersilkan agama dan sebagainya.
Polemik ini kemudian diangkat oleh Rhoma Irama ke dalam film Perjuangan dan Do’a. Disusul kemudian lagu-lagu yang pure-dakwah sepeti Haram, Bangkit, Adu Domba, Lari Pagi, Bersatulah dan seterusnya. Kritik soal ketimpangan sosial dan kebijakan pemerintah pun menjadi bagian dari tema lagu dakwah seperti lagu Hak Azasi, Pemilu dan Indonesia.

Aka: Dalam catatan anda, sebenarnya berapa jumlah album Oma Irama?
Muchit: sedikitnya 115 album (bukan album Kompilasi) saya bagi menjadi tiga kelompok:
1. Album Oma Irama Klasik, yakni Oma Irama sebelum membentuk Soneta maupun album-album yang diiring orkes dan group band lain.
2. Album-album Soneta, terdiri dari album Soneta klasik sebelum Yukawi ada 11 album dan album-album Soneta setelah Yukawi ada 16 Volume
3. Album Sound Track Film, sebanyak 25 album
4. Album Single dan Edisi Khusus yakni albu-album yang dirilis diluar album Volume dan Sound Track Film
Aka: Selama anda mengumpulkan lagu dan album karya Rhoma Irama, apakah ada lagu yang jarang terdengar?
Muchit: Didalam FORSA (Fans Of Rhoma and Soneta) saya berteman dengan komunitas kolektor album-album Rhoma Irama dan Soneta yang menamakan diri KELANA.
Dari teman-teman Kelana ini kami sering menemukan lagu-lagu yang belum banyak terpublikasi di era kekinian dan kebanyakan dirilis dalam format Priingan Hitam. Ada disitu Oma Irama hanya mencipta lagu bahkan hanya sebagai backing vocal atau suara koor saja. Jumlahnya saya belum bisa memastikan karena kebanyakan saya menerima dalam bentuk file bukan rilisan fisiknya.
Aka: Ketika Oma Irama berpindah dari Purnama, Canderalela, Elsitara sampai kemudian mendirikan Soneta 1970-1973, dimana letak perbendeaan dalam musik?
Muchit: ada periode 1970-1973 saya menemukan 11 album dengan title album OM. Soneta. Lima album pertama Ratu dan Raja, Pemburu, Risalah Penyanyi, Janda Kembang dan Tiada Lagi warna musik Soneta masih seperti orkes melayu Purnama konon personil Soneta saat itu masih belum permanen dan lebih dominan dari OM. Purnama.
Baru pada album selanjutnya Dangdut, Joget, Menangis, Kelana II, Ke Monas ciri khas Soneta sudah bisa dirasakan. Pada album-album tersebut personil Soneta sudah patent dan yang kita kenal sebagai Soneta Formasi Pertama terdiri dari : Oma Irama, lead Gitar, Wempy Rythem, Hadi Suling, Nasir Mandolin, Ayub Tamborin, Riswan Keyboar, Herman Bass dan Kadir Gendang.

Aka: Banyak lagu Soundtrack film Rhoma yg tidak diakui sebagai lagu resmi?
Muchit: pada beberapa film Rhoma Irama memang ada lagu-lagu berasal dari album volume yang telah rilis lebih dulu seperti lagu Santai, Musik, Domisol dalam film Gitar Tua, lagu Begadang II, Hak Azasi dalam film Begadang, lagu Buta dalam film Cinta Segi Tiga, Emansiapasi Wanita dalam film Pengabdian hingga Modern dalam film Menggapai Matahari.
Persoalannya ketika kita mengelompokkan kalau berdasar pada video film, pastilah lagu-lagu yang ikut menghiasi itu adalah bagian dari sound track nya. Akan tetapi buat saya yang mengelompokkan berdasar pada rilisan fisik, mengelompokkan berdasar rilisan. Seperti lagu Musik yang saya menyebutnya dari album Soneta Volume 5, lagu Begadang II adalah lagu dari album Soneta Volume 9, Buta dari Soneta Volume 8, Modern album Soneta Volumen 13 dan seterusnya. (aka/unoe)